Perkembangan
dunia digital telah merambah bidang pendidikan. Ironisnya, mata pelajaran
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) justru dihapus dari Kurikulum 2013. Para
guru pun harus putar otak dan tidak gagap teknologi (gaptek) agar tidak
ketinggalan zaman di era serba digital ini.
Salah
satu guru di SMA Pembangunan 4 Playen Gunung Kidul, Yogyakarta, Betty
Sekarasih, menjelaskan, meski sudah tidak masuk kurikulum, dia tetap menerapkan
TIK dalam proses belajar mengajarnya.
"Saya
mengemas kegiatan belajar dalam bentuk project based learning memadukan
kurikulum nasional dan desain pembelajaran abad 21. Metode ini membuat siswa
jadi lebih termotivasi," ujar Betty.
Meskipun
demikian, Betty kerap mengalami kendala, khususnya pada koneksi internet. Dia
pun mengakalinya dengan menggunakan modem sendiri. Guru bahasa Inggris tersebut
memakai berbagai aplikasi komputer ketika mengajar seperti aplikasi foto,
berbagi catatan, survei online hingga Skype.
Sementara
itu, Totok Soefijanto, Ed.D dari Paramadina Institute for Education Reform
mengatakan, TIK harus digunakan secara terus menerus dalam pendidikan. Karena
itulah, para guru seharusnya menguasai TIK dalam kegiatan belajar sehari-hari.
Dia
mengilustrasikan, guru TIK memang menjadi orang penting dalam penggunaan TIK di
sekolah. Tetapi, jika semua guru belajar menguasai teknologi, maka mereka tidak
akan kesulitan dalam menghadapi masalah ketika guru TIK tidak hadir.
"Guru
adalah kunci keberhasilan pendidikan. Jadi mereka harus mau belajar,"
imbuh Totok dalam Media Briefing Education Roundtable di Energy Tower, belum
lama ini.
Selain
di sekolah, institusi pendidikan yang juga memanfaatkan TIK dalam kegiatan
sehari-hari adalah Universitas Terbuka (UT). Menurut Rektor UT Tian Belawati,
sebagian besar proses pembelajaran di UT menggunakan TIK mengingat perkuliahan
di kampus tersebut berbasis jarak jauh dan terbuka.
"Kami
memanfaatkan TIK untuk mengontrol hampir 500 ribu mahasiswa. Beberapa fasilitas
yang dapat dimanfaatkan, seperti digital library, online book store, bank soal,
dry laboratory, layanan informasi dan masih banyak lagi. Semua siswa dapat
mengakses materi secara online di web," tuturnya.
Executive
Director of Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono menjelaskan tentang pentingnya
TIK untuk kepentingan pendidikan. Kata Hikmat, tim Indonesia Mengajar sudah
dibekali notebook, tetapi penggunaannya belum bisa dimaksimalkan di daerah
terpencil.
"Mereka
masih terkendala jaringan, listrik, dan infrastruktur lainnya," ujar
Hikmat.
Plt. Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendikbud Ari Santoso
tidak menampik bahwa masalah ketersediaan internet memang masih menjadi
pekerjaan rumah untuk melakukan model pembelajaran berbasis TIK, terutama di
daerah terpencil. "Padahal, saat ini pendidikan konvesional tidak lagi
cukup untuk mempersiapkan para siswa Indonesia ke jenjang dunia kerja yang
modern," tuturnya.
Sumber: Iradhatie Wurinanda
Sumber: Iradhatie Wurinanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar