Rabu, 24 Juni 2015

Guru Jangan GAPTEK....


Perkembangan dunia digital telah merambah bidang pendidikan. Ironisnya, mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) justru dihapus dari Kurikulum 2013. Para guru pun harus putar otak dan tidak gagap teknologi (gaptek) agar tidak ketinggalan zaman di era serba digital ini.

Salah satu guru di SMA Pembangunan 4 Playen Gunung Kidul, Yogyakarta, Betty Sekarasih, menjelaskan, meski sudah tidak masuk kurikulum, dia tetap menerapkan TIK dalam proses belajar mengajarnya.
"Saya mengemas kegiatan belajar dalam bentuk project based learning memadukan kurikulum nasional dan desain pembelajaran abad 21. Metode ini membuat siswa jadi lebih termotivasi," ujar Betty.
Meskipun demikian, Betty kerap mengalami kendala, khususnya pada koneksi internet. Dia pun mengakalinya dengan menggunakan modem sendiri. Guru bahasa Inggris tersebut memakai berbagai aplikasi komputer ketika mengajar seperti aplikasi foto, berbagi catatan, survei online hingga Skype.
Sementara itu, Totok Soefijanto, Ed.D dari Paramadina Institute for Education Reform mengatakan, TIK harus digunakan secara terus menerus dalam pendidikan. Karena itulah, para guru seharusnya menguasai TIK dalam kegiatan belajar sehari-hari.
Dia mengilustrasikan, guru TIK memang menjadi orang penting dalam penggunaan TIK di sekolah. Tetapi, jika semua guru belajar menguasai teknologi, maka mereka tidak akan kesulitan dalam menghadapi masalah ketika guru TIK tidak hadir.
"Guru adalah kunci keberhasilan pendidikan. Jadi mereka harus mau belajar," imbuh Totok dalam Media Briefing Education Roundtable di Energy Tower, belum lama ini.
Selain di sekolah, institusi pendidikan yang juga memanfaatkan TIK dalam kegiatan sehari-hari adalah Universitas Terbuka (UT). Menurut Rektor UT Tian Belawati, sebagian besar proses pembelajaran di UT menggunakan TIK mengingat perkuliahan di kampus tersebut berbasis jarak jauh dan terbuka.
"Kami memanfaatkan TIK untuk mengontrol hampir 500 ribu mahasiswa. Beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan, seperti digital library, online book store, bank soal, dry laboratory, layanan informasi dan masih banyak lagi. Semua siswa dapat mengakses materi secara online di web," tuturnya.
Executive Director of Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono menjelaskan tentang pentingnya TIK untuk kepentingan pendidikan. Kata Hikmat, tim Indonesia Mengajar sudah dibekali notebook, tetapi penggunaannya belum bisa dimaksimalkan di daerah terpencil.
"Mereka masih terkendala jaringan, listrik, dan infrastruktur lainnya," ujar Hikmat.
Plt. Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendikbud Ari Santoso tidak menampik bahwa masalah ketersediaan internet memang masih menjadi pekerjaan rumah untuk melakukan model pembelajaran berbasis TIK, terutama di daerah terpencil. "Padahal, saat ini pendidikan konvesional tidak lagi cukup untuk mempersiapkan para siswa Indonesia ke jenjang dunia kerja yang modern," tuturnya.

Sumber: Iradhatie Wurinanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar